MESKI SUDAH DI INSEMINASI BUATAN SAPI TIDAK BUNTING

Sapi tidak bunting meski sudah di IB dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
  1. Peternak dan Operator IB
  2. Kualitas Semen
  3. Hewan Betina
1. Peternak dan Operator IB
Keberhasilan inseminasi buatan sangat ditentukan oleh kemampuan dari peternak dalam hal deteksi estrus, sebab dengan deteksi estrus yang tepat dapat membantu operator IB dalam menentukan waktu yang tepat dalam melakukan inseminasi buatan. Ada beberapa cara untuk detaksi estrus antara lain dengan :
  • Melihat adanya leleran lendir pada vulva
  • Menggunakan teaser
  • Sistem recording yang baik
Operator IB selain berperan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IB, operator juga harus berpengalaman dalam penanganan semen dan juga penempatan semen kedalam saluran reproduksi sapi betina. Tempat terbaik untuk menempatkan semen adalah di corpus uteri kira-kira 3 cm di depan cervik uteri.
2. Kualitas Semen
Kualitas semen yang baik untuk IB adalah konsentrasinya 25 juta untuk semen beku dan juga Post Thawing Motility (PTM) nya 40 % selain itu spermatozoanya tidak mengalami abnormalitas. Spermatozoa yang mempunyai bentuk abnormal menyebabkan kehilangan kemampuannya untuk membuahi sel telur dalam tuba falopii. Untuk itu semen dievaluasi secara periodik selam 6 bulan. Semen yang kualitasnya baik akan meningkatkan keberhasilan dari inseminasi buatan.
3. Hewan Betina
Pada dasarnya kegagalan dari inseminasi buatan adalah adanya gangguan pada hewan betinanya baik itu adanya kelainan anatomi saluran reproduksi, gangguan hormonal dan juga abnormalitas sel telur.
3.1. Kelainan anatomi saluran reproduksi
Kelainan anatomi dapat bersifat genetik maupun nongenetik. Kelainan anatomi saluran reproduksi ini ada yang mudah diketahui secara klinis dan ada yang sulit untuk dideteksi, sehingga sulit didiagnosa. Termasuk pada kelompok kedua yang sulit didiagnosa adalah :
  • Tersumbatnya tuba falopii
  • Adanya adhesio antara ovarim dengan bursa ovarium
  • Lingkungan dalam uterus yang kurang serasi
  • Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi
Yang paling sering dijumpai pada kelompok ini adalah adanya penyumbatan pada tuba falopii. Penyumbatan ini menyebabkan sel telur yang diovulasaikan dari ovarium gagal mencapai tempat pembuahan yaitu di ampula dan sel mani juga terhalang untuk mencapai tempat pembuahan, sehingga proses pembuahan gagal. Tuba falopii yang buntu dapat berbentuk :
  • Adhesio dinding tuba
  • Adhesio antara ovarium dengan bursa ovarii
  • Salpingitis baik akut maupun kronis
  • Hidrosalping
  • Kista pada saluran tuba
  • Piosalping
  • Hipoplasia tuba falopii yang bersifat genetik
  • Populasi m.o yang terlalu banyak di dalam uterus, serviks atau vagina
3.2. Gangguan hormonal
Adanya gangguan pada sekresi hormon gonadotropin (FSH dan LH) dan hormon estrogen akan menyebabkan terjadinya kegagalan fertilisasi. 

Kasus-kasus seperti silent heat (birahi tenang) dan subestrus (birahi pendek) disebabkan oleh rendahnya kadar hormon estrogen, sedangkan untuk kasus delayed ovulasi (ovulasi tertunda), anovulasi (kegagalan ovulasi) dan sista folikuler disebabkan oleh rendahnyanya kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).

a. Kadar estrogen yang rendah
Rendahnya kadar estrogen dalam darah karena defisiensi nutrisi : β karotin, P, Co dan berat badan yang rendah akan menyebabkan kejadian silent heat dan subestrus padi sapi. Kejadian in sering terjadi pada sapi post partus

Pada kasus silent heat, proses ovulasi berjalan secara normal dan bersifat subur, tetapi tidak disertai dengan gejala birahi atau tidak ada birahi sama sekali. Diantara hewan ternak, silent heat sering dijumpai pada hewan betina yang masih dara, hewan betina yang mendapat ransum dibawah kebutuhan normal, atau induk yang sedang menyusui anaknya atau diperah lebih dari dua kali dalam sehari. 

Sedang pada kejadian sub estrus, proses ovulasinya berjalan normal dan bersifat subur, tetapi gejala birahinya berlangsung singkat / pendek (hanya 3-4 jam). Sebagai predisposisi dari kasus silent heat dan sub estrus adalah genetik.


Hormon LH pada kejadian silent heat dan sub estrus mampu menumbuhkan folikel pada ovarium sehingga terjadi ovulasi, tetapi tidak cukup mampu dalam mendorong sintesa hormon estrogen oleh sel granulosa dari folikel de Graaf sehingga tidak muncul birahi.

b. Kadar hormon gonadotropin yang rendah (FSH dan LH)

Rendahnya kadar hormon LH dalam darah dapat menyebabkan terjadinya delayed ovulasi (ovulasi tertunda) dan sista folikuler. Karena rendahnya kadar LH, fase folikuker diperpanjang sehingga yang seharusnya folikel mengalami ovulasi dan memasuki fase luteal tertunda waktunya atau tidak terjadi sama sekali. Gejala yang nampak dari kasus ini adalah kawin berulang (repeat bredeeer).

Pada kasus anovulasi (kegagalan ovulasi), folikel de Graaf yang sudah matang gagal pecah karena ada gangguan sekresi hormon gonadotropin yaitu FSH dan LH.

3.3. Abnormalitas sel telur
Ketidakseimbangan hormon-hormon reproduksi dapat mengganggu proses ovulasi. Ovulasi yang tidak normal dapat menghasilkan sel telur yang tidak normal.
Beberapa bentuk abnormal dari sel telur adalah :
  • Degenerasi sel telur
  • Zona pelusida yang sobek atau robek
  • Sel telur yang muda
  • Sel telur yang bentuknya gepeng, oval (lonjong)
  • Mini egg cell dan giant egg cell
Adanya abnormalitas pada sel telur akan menyebabkan kegagalan pada proses fertilisasi sehingga sapi yang telah di IB tidak bunting.

Cara Mengetahui Sapi Betina Bunting (di Pasar Hewan)

Secara garis besar ada dua indikasi dalam menentukan kebuntingan pada hewan betina yaitu :
  1. Indikasi kebuntingan secara eksternal
  2. Indikasi kebuntingan secara internal (Pemeriksaan per rektum)
Indikasi kebuntingan secara eksternal jangan dijadikan patokan baku kebuntingan, karena beberapa hewan dapat memperlihatkan anomali walaupun memperlihatkan tanda tersebut. Diagnosa pasti kebuntingan hanya dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan per rektum.

1. Indikasi kebuntingan secara eksternal, meliputi :
a. lewat catatan/ recording
b. adanya anestrus
c. pembesaran abdomen sebelah kanan secara progresif
d. berat badan yang meningkat
e. adanya gerakan fetus
f. gerakan sapi melambat
g. bulunya mengkilat
h. sapi menjadi lebih tenang temperamennya
i. kelenjar air susu membesar secara progresif.
2. Indikasi kebuntingan secara internal
Dapat dilakukan secara per rektum. 

Cara ini lebih mudah, praktis, murah dan cepat. Dapat dilakukan setelah 50-60 hari perkawinan. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya :
  1. perubahan pada kornu uteri
  2. adanya kantong amnion
  3. adanya pergelinciran selaput janin
  4. adanya fetus
  5. adanya plasentom dan fremitus
Jika kita ada di pasar hewan dan disuruh memilikan sapi yang bunting cara yang dapat kita lakukan adalah dengan melihat kondisi fisik dari sapi, lalu melakukan tanya jawab dengan pedagang yang sapinya menunjukan gejala bunting tentang catatan siklusnya/perkawinannya, dan untuk pastinya dengan pemeriksaan per rektum jika diijinkan oleh pedagangnya.

Posting Komentar

0 Komentar