Makalah Farmakologi
Published by admin on July 6, 2011Alhasyi
Persalinan diinduksi pada 15-25 % dari semua kehamilan. Induksi yang berhasil membutuhkan serviks yang matang dankontraksi rahim yang mencukupi. Kenyataan bahwa kematangan serviks bias jadi merupakan factor penting dalam keberhasilan induksi telah menuntun kepada pengembangan beberapa protokol untuk pematangan serviks yang belum matang. Kontraksi uterus yang memadai biasanya dapat dicapai pemberian oksitosi.
Untuk memberikan induksi, haruslah ada kepastian bahwa paru-paru janin telah matang, tanda yang jelas dari gawat janin, atau ancaman yang jelas terhadap jiwa ibu atau kesehatan jangka panjang. Uumnya dipercayai bahwa janin harus berada dalam letak kepala.
BAB II
ISI
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.
INDIKASI INDUKSI PERSALINAN :
1. KETUBAN PECAH DINI ( KPD )
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu.
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini :
1. Infeksi, contoh : korioamnionitis.
2. Trauma, contoh : amniosentesis, pemeriksaan panggul, atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentase janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterina, contoh : kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :
1. Keluarnya cairan jernih dari vagina.
2. Inspekulo : keluar cairan dari orifisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan
atau digerakkan.
3. Adanya perubahan kertas lakmus merah (nitrazin merah) menjadi biru.
4. Periksa dalam vagina : ketuban negatif.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
1. USG
2. Leukosit dan suhu badan (37,5 derajat celsius) untuk menilai adanya infeksi
(leukositosis).
3. Pemantauan kesejahteraan janin.
4. Pemeriksaan laboratorium, contoh : TORCH, dll.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini :
1. Konservatif
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid
untuk mematangkan fungsi paru janin.
f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan.
2. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan
tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
a. Induksi atau akselerasi persalinan.
b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
Komplikasi ketuban pecah dini :
1. Ibu : infeksi, sepsis dan kematian.
2. Janin : kelahiran prematur, infeksi janin, deformitas janin dan kematian janin.
2 . POST MATURITAS
Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu.
Ketika usia kehamilan memasuki 40 minggu, plasenta mulai mengecil dan fungsinya menurun. Karena kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang, maka janin menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energi. Akibatnya, laju pertumbuhan janin menjadi lambat.Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya.Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
Penyebab
Penyebab terjadinya post-maturitas biasanya tidak diketahui.
Gejala
Gambaran fisik bayi post-matur:
- Panjangnya cukup umur, tetapi berat badannya rendah sehingga tampak kurus
- Matang, berada dalam keadaan siaga
- Lemak di bawah kulitnya sedikit sehingga kulit pada lengan dan tungkainya tampak menggelambir
- Kulitnya kering dan mengelupas
- Kuku jari kaki dan kuku jari tangannya panjang
- Kuku jari kaki, kuku jari tangan dan pusarnya berwana kehijauan atau kecoklatan karena mekonium (tinja pertama bayi).
Komplikasi
1. Hipoglikemia, karena cadangan energi pada saat dilahirkan sangat rendah dan           bahkan akan lebih rendah lagi jika pasokan oksigen selama persalinan juga rendah
2. Sindroma aspirasi mekonium
3 . HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Definisi
Setiap bentuk hipertensi awitan baru yang muncul dalam kehamilan
Klasifikasi Diagnosa
  1. Gestasional hipertensi
-         Tekanan darah ¡Ý 140/90 mm Hg untuk pertama kali selama hamil
-         Tidak ada proteinuria
-         Tekanan darah kembali ke normal < 12 minggu postpartum
-         Diagnosa akhir dibuat postpartum
-         Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklampsia, misalnya nyeri    epigastrium
  1. Pre eklampsia
a.  Kriteria minimal:
-         TD ¡Ý 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
-         Proteinuria ¡Ý 300 mg/24 jam atau ¡Ý 1+ pada dipstick
b. Peningkatan kepastian Pre eklampsia
-         TD ¡Ý160/110 mmHg
-         Proteinuria 2 gram/ 24 jam atau ¡Ý 2+ pada dipstik
-         Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali diketahui telah meningkat sebelumnya
-         Trombosit < 100000/mm3
-         Hemolisis mikroangiopatik
-         Peningkatan ALT/AST
-         Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan lainnya
-         Nyeri epigastrium menetap
  1. Eklampsia
Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklampsia
  1. Pre eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed preeklampsia)
-         Proteinuria awitan baru ¡Ý 300 mg/24 jam pada wanita pengidap hipertensi tapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu
-         Terjadi atau tekanan darah atau hitung trombosit < 100000/mm3 secara peningkatan proteinuria mendadak pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu
  1. Hipertensi kronik
-         TD ¡Ý 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20 minggu
-         Hipertensi yang pertama kali di diagnosa setelah gestasi 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu postpartum.
Etiologi
Semua teori yang menjelaskan tentang preeklampsia harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :
  1. Terpajan ke villus korion pertama kali
  2. Terpajan ke villus korion daalam jumlah yang sangat besar
  3. Sudah mengidap penyakit vascular
  4. Secara genetik rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
Menurut Sibai (2003) terdapat beberapa penyebab potensial, yaitu :
  1. Invasi trophoblas abnormal
Tidak seperti pada implantasi normal, pada preeklampsia tropoblas mengalami invasi inkomplet
2. Faktor imunologis
Resiko gangguan hipertensi meningkat cukup besar pada keadaan-keadaan ketika pembentukan antibodi penghambat terhadap tempat-tempat antigenic diplasenta mungkin terganggu
  1. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular  dan peradangan dari kehamilan normal
Dalam berbagai cara diperlihatkan bahwa peradangan akan  di ikuti oleh lepasnya mediator/agen yang dapat memicu kerusakan endotel
  1. Faktor nutrisi.
Sejumlah defisiensi atau berlebihnya kandungan dalam diet seperti protein, urin dan lemak dianggap berperan pada terjadinya preeklampsia.
  1. Faktor genetik.
Kecenderungan mengidap preeklampsia.eklampsia. Cooper dan Liston (1979) meneliti adanya kerentanan   preeklampsia. Bergantung pada sebuah gen resesif.
Patologi
  1. Perubahan kardiovaskular
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.
  1. Perubahan hematologis
Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III

  1. Perubahan Endokrin dan metabolik
Selama kehamilan normal kadar rennin, angiotensin II, dan aldosteron dalam plasma meningkat. Penyakit hipertensi akibat kehamilan menyebabkan kadar zat ini menurun
  1. Perubahan perfusi uteroplasenta.
Gangguan perfusi plasenta akibat vasospasme hampir dapt dipastikan sebagai penyebab utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas perinatal yang menyertai preeklampsia. Upaya untuk mengukur aliran darah  plasenta dan ibu hamil sulit dilakukan karena sulitnya akses ke plasenta dan tidak memungkinkan penggunaan beberapa teknik penelitian untuk diterapkan pada manusia.
Pencegahan
Biasanya usaha-usaha ini mencakup manipulasi diet dan usaha farmakologis untuk memodifikasi mekanisme patofisiologis yang diperkirakan berkaitan dengan preeklampsia. Usaha uasaha yang dilakukan termasuk pembatasan konsumsi garam, pemberian aspirin dosis rendah dan anti oksidan. Usaha sering tidak berpengaruh bahkan jika dibandingkan dengan pemberian placebo.
4 . DIABETES MELITUS MATERNAL
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar (polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien diabetes gestasional antara lain dengan tetap mengutamakan pengaturan diet diabetes dan obat antidiabetis oral, apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan. Jadi usahakan pada semua penderita hamil untuk memilih pengobatan dengan pengaturan diet dan antidiabetika oral dulu dan bila tidak tercapai keadaan kadar gula darah yang normal baru disuntik dengan insulin. Obat tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam pengaturan diet wanita hamil adalah kebutuhan kalori pada wanita hamil tidak sama dengan wanita normal sekalipun wanita hamil tersebut menderita kencing manis. Jumlah kalori untuk diet = berat badan ideal wanita hamil x (25-30)kalori + ekstra 200 – 300 kalori dengan perincian minimal 200 gr hidrat arang dan protein (1,5 – 2) gr/kg BB ideal.
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu
Pada kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh:
1. pengambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
2. produksi glukosa dari hati menurun
3. produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis) menurun
4. aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. efek-efek hormone gestasional (kortisol, human plasental lactogen, estrogen, dll)
6. perubahan metabolisme lemak dan asam amino.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diabetes mellitus gestasional adalah:
• riwayat keluarga menderita diabetes mellitus
• wanita berumur lebih dari 35 tahun
• wanita obesitas
• ada riwayat pernah melahirkan anak yang berukuran besar, lahir mati, atau bayi yang dilahirkan cacat
• ada riwayat infeksi saluran kemih selama hamil.
5 . RETARDASI PERTUMBUHAN INTRAUTERIN
Seorang bayi yang berat badannya kurang daripersentil 10 untuk usis kehamilan yang dimaksud diklasifikasikan telah mengalami retardasi pertumbuhan intrautrin ( RTIU ). Bergantung kepada populasi, 5-9% bayi mengalami retardasi pertumbuhan. Bayi-bayi ini berada dalam resiko tinggi kematian perinatal, asidosis neonatal, hipoglikemia, hipokalsemia, dan polisitemia. Makin rendah persentil berat badan lahir, makin besar kemungkinan bahaya bagi bayi.
Diagnosis
Umumnya bayi-bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan memiliki riwayat obstetric, medik, nutrisi, atau soal yang menjurus pada faktor resiko RTIU. Banyak kehamilan dengan komplikasi RTIU mempunyai jumlah cairan amnion yang berkurang.
Penatalaksanaan
  1. Sering berbaring kesebelah kiri
  2. Berhenti merokok
  3. Diet kalori tinggi (2500 kal/ hr)
  4. Pemetaan gerakan janin kombinasi dengan  salah satu dari UNS, USK, atau profil     biofisik
  5. Pemeriksaan ultrasonografi tiap 3-4 minggu sampai trimester ketiga, kemudian setiap minggu untuk penilaian modifikasi biofisik.
  6. Pemeriksaan mingguan atau semi-mingguan setelah kehamialn 32 minggu.
6 . KORIOAMNIONITIS
Korioamnionitis ialah infeksi selaput ketuban yang disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke uterus.Ada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.
Protokol : paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus.
Patofisiologi

1. ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
2. infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.
3. mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
4. tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
Kuman yang sering ditemukan : Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
Diagnosis

1. febris di atas 38oC (kepustakaan lain 37.8oC)
2. ibu takikardia (>100 denyut per menit)
3. fetal takikardia (>160 denyut per menit)
4. nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
5. cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
6. leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)
7. pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+) (hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan Gram, kultur darah.
Komplikasi

1. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.
2. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.
Prinsip penatalaksanaan

1. pada ketuban pecah, terminasi kehamilan, batas waktu 2 x 24 jam
2. jika ada tanda infeksi intrapartum, terminasi kehamilan / persalinan batas waktu 2 jam.
3. JANGAN TERLALU SERING PERIKSA DALAM
4. bila perlu, induksi persalinan
5. observasi dan optimalisasi keadaan ibu : oksigen !!
6. antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin iv 4 x 1 mg, amoxicillin iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol drip.
7. uterotonika : methergin 3 x 1 ampul drip
8. pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan). Di RSCM diberikan, bersama dengan antibiotika spektrum luas. Hasil cukup baik.
7 . KEMATIAN JANIN INTRA-UTERIN
Kematian janin di kandungan, dalam dunia kedokteran dikenal dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD). Yang dimaksud kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih, kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.
PENYEBAB KEMATIAN
* Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. “Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus.”
Ketidakcocokan akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain
* Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. “Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
* Gerakan sangat “liar”.
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.” Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan “liar”, biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan.
* Berbagai penyakit pada ibu hamil.
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
* Kelainan kromosom
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. “Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.
* Trauma saat hamil.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. “Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada.”
* Infeksi pada ibu hamil.
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. “Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya.”
* Kelainan bawaan bayi.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.
Jika tak tertolong lagi, maka janin yang sudah meninggal harus segera dilahirkan. “Proses kelahiran harus dilakukan secara normal agar tidak terlalu merugikan ibu.” Jadi, bukan melalui operasi. Sebab, operasi tetap saja berisiko buat ibunya.
Operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal. Misalnya, bayinya mati dalam posisi melintang, ibu mengalami preeklampsia, dan sebagainya.
8 . PENYAKIT GINJAL MATERNAL
Seorang wanita yang sebelum hamil menderita penyakit ginjal berat tidak mungkin bisa mengandung bayinya sampai cukup matang untuk dilahirkan.
Tetapi beberapa wanita yang secara rutin menjalani dialisa akibat gagal ginjal dan banyak wanita yang telah menjalani pencangkokan ginjal bisa melahirkan bayi yang sehat.
Wanita hamil yang menderita penyakit ginjal biasanya memerlukan perawatan dari ahli ginjal dan ahli kandungan. Secara rutin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, tekanan darah dan berat badan.
Asupan garam dibatasi. Pemberian diuretik membantu mengendalikan tekanan darah dan edema.
Penderita seringkali harus dirawat di rumah sakit setelah kehamilan mencapai 28 minggu. Persalinan dini harus dilakukan untuk menyelamatkan bayi dan biasanya dilakukan melalui operasi sesar.
9 . HIPERTENSI MATERNAL KRONIK
HIpertensi kronik mungkin sudah terdapat sebelum kehamilan, mungkin meliputi 3-20% dari seluruh hipertensi dalam kehamilan.
Sebab yang umum : hipertensi esensial, kelainan ginjal, penyakit vaskular, endokrin, penyakit kolagen.
Klinis kelompok risiko tinggi adalah :
- usia pasien di atas 40 tahun
- ada riwayat hipertensi di luar kehamilan
- tekanan darah di atas 160/100 mmHg
- ada riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal, kardiomiopati, penyakit kolagen / vaskuler
Lakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral, karena kadang terjadi bersama dengan diabetes mellitus.
hipertensi kronik dapat mengalami superimposed pre-eclampsia, artinya pre-eklampsia yang menyertai penyakit itu.
Prinsip : pengendalian tekanan darah, dapat dengan obat-obatan seperti pada pre-eklampsia. Jika ada indikasi terhadap patologi lain, misalnya ureum-kreatinin tinggi, maka perlu dilakukan hemodialisis dan terminasi.
10 . ISO-IMUNISASI RH
Dalam dua dekade terakhir pemakaian yang luas dari imunoglobin anti D (RhoGAM) telah sangat menurunkan insiden iso-imunisasi Rh.Penyakit ini masih tetap merupakan komplikasi yang serius pada kehamilan dan nasib perinatal yang gemilang menghendaki perencanaan yang teliti dalam masa antepartum,intrapartum dan dalam masa neonatus.Bersama dengan pengetahuan tentang titer antibodi serum ibu terhadap antigen antigen eritrosit spesifik,usia kehamilan dan golongan darah ayah dan status antigen Rh harus ditentukan.Tidak diperlukan evaluasi lebih lanjut jika ayah diketahui negatif terhadap antigen tersebut.
BAB  IV
PENUTUP
Induksi Persalinan ialah adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.

Posting Komentar

0 Komentar