TUGAS MANDIRI BAHASA INDONESIA KEILMUAN

                                          TUGAS MANDIRI
BAHASA INDONESIA KEILMUAN

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Menempuh
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan)



DISUSUN OLEH
NAMA             : SEPTIANA
NPM                 : 09321151
PRODY            : PEND. BIOLOGI
  KELAS                        : B


FAKULTAS KEGURUAN  DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2009/2010


 BAB   I
TEKNIK MEMBACA CEPAT

A.    Hambatan Membaca Cepat
Karena berbagai kemungkinan mencoba berusaha untuk dapat membaca cepat. Berbagai usaha telah dilakukan tetapi belum berhasil. Padahal setiap orang berpotensi untuk dapat membaca cepat. Ada beberapa kesalahan yang umumnya dilakukan orang ketika membaca cepat, antara lain:
1.      Sub Vokalisasi
Ini dimaksud ketika membaca cepat mulut dan hati sama-sama ikut berujar. Biasanya kendala ini muncul ketika mengulangi bacaan, mengeluarkan suara.
2.      Finger Panting
Ini merupakan kesalahan dalam membaca cepat yang disebut finger panting. Dalam perkembangannya parapakar membaca cepat justru memperbolehkan teknik membeca capat menggunakan pointer/petunjuk.
3.      Regretio
Secara tidak sadar membaca kadang-kadang mata tertuju pada kata-kata atau kalimat yang sdah dibaca. Ada kalanya ketika membaca pikitan atau otak memikirkan bacaan yang lalu atau hal-hal lain.
B.     Model Membaca Cepat
Sebelum berlatih membaca cepat, kita harus paham berapa membaca cepat. Ada 2 model yang dapat digunakan dalam membaca, yaitu:
1.      Model Line by Line
Model ini disebut juga dengan mofrl garis per garis. Membaca model ini kalimat dalam bahan bacaac dibaca secara berurutan dari baris pertama hingga akhir secara berurutan.
2.      Model Spiral
Ketika kita membaca bacaan yang dibaca tidak seluruh isi bacaan dibacanya, tetrapi dibaca secara gigjak atau spiral.
C.    Tenik Membaca Cepat
Untuk dapat membaca cepat memang perlu teknik tertentu. Secara umum ada 2 teknik membaca yaitu:
1.      Teknik Scanning
Membaca scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi.
2.      Teknik Skimming
Membaca skimming adalahmembaca secara garis besar untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Teknik ini biasanya dilakukan ketika mencari suatu yang khusus dalam teks.
D.    Langkah-langkah Membaca Cepat
Sebelum melatih membaca, perlu dipahami beberapa langkah membaca cepat yaitu:


1.      Langka pertama adalah persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dari membaca judul. Judul yang ditafsirkan dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami. Hubungan pengalaman atau wawasan dengan judul bahan bacaan yang akan dibaca, kemudian yang perlu diperhatikan lagi yaitu huruf cetak tebal atau miring.
2.      Langkah kedua pelaksanaan
Jika telah melaksanakan tahap persiapan, maka sudah dapat membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan dibaca.
E.     Latihan Membaca Cepat
Untuk menguasai ketrampilan membaca cepat perlu adanya:
1.      Melatih otot mata
Otot mata dapat dilakukan dengan gerakan bola mata dalam keadaan.
2.      Melatih pheripel mata
Dapat dilakukan dengan cara pandangan matra mengikuti perakan telunjuk di depan mata.
3.      Melatih pernafasan
Dapat dilakukan dengancara tarik nafas panjang secara perlahan.


BAB    II
FRASE, KLAUSA, Dan KALIMAT

A.    Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya, akan dating, kemarin pagi, yag sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu:
  1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
  2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsure klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsure klausa yaitu S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
  1. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1.      frase endosentri yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsure-unsur yang setara, ini dibuktikan oelh kemungkinan unsure-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:   Kakek-nenek
                  Laki bini
2.      frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsure-unsur yang tidak setara. Karena itu, insur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya:   perjalanan panjang
3.      frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya:   Susu, ana Pak Saleh, sangat padai.
  1. Frase Eksosentrik
Frase endosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:         siswa kelas 1A sedang berfotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut
            Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
            Siswa kelas 1A sedang bergotong royong … kelas.
  1. Frase Nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan.
1.      frase nominal: frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Misalnya:   baju baru, rumah sakit.
2.      frase verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya:   akan berlayar
3.      frase bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya:   dua butir telur, sepuluh keeping
4.      frase keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya:   tadi pagi, besok sore.
5.      frase depan: frase yang terdiri kata depan sebagai penanda, diikuti kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya:   di halaman sekolah, dari desa.
  1. Fras ambigu
Frase ambigu artiya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1.      Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.      Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
B.     Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memiliki potensi untuk menjadim kalimat.
Banyak orang mengatakan.
Unsure inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1.      Berdasarkan unsur intinya.
2.      berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat.
3.      berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat.
C.    Kalimat
a.       Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yajg mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca Koran di teras belakang.
b.      Pola-pola Kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1.      Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat “verbal”
2.      Pola kalimat II = kata benda-kata sifat.
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif”
3.      Pola kalimat III = kata benda-kata benda.
Contoh: Bapa pengarang. Paman guru.
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja Bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4.      pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial.
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial.
D.    Jenis Kalimat
1.      Kalimat Tunggal
kalimat tunggal adalah kalimat hanya terdiri atas dua unsure inti pmbentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat tunggal
Susunan pola kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci
S-P
S-P-O
S-P-O-K

2.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adala kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemukterdiri dari:
a.       sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, disamping pola yang sudah ada.
Misalnya:   Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
                  Anak yan menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat pertama diperluas)
b.       penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya:   Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
                  Bapa membaca koran (kalimat tunggal II)
                  Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1)      Kalimat Majemuk Setara
kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a.       kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b.      Kalimat majemuk serta  memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau bapak makan nasi.
c.       Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2)      Kalimat Mejemuk Bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kallimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsure kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a.       Kalimat majemut beringkat dengan anak kalimat pengganti sebjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu.
                        S            P
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
                    anak kalimat tunggal pengganti subjek.
b.      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
                 Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas it.
                               anak kalimat pengganti predikat
c.       Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu
                        S          P                        O
Merekasudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
                                                anak kalimat pengganti objek
d.      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari.
                        S          P          K
                        Ayah pulang ketika kami makan malam.
                                                anak kalimat pengganti keterangan.
3)      Kalimat Majemuk Campuran.
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kaluimat tunggal yang sekurang-kurangya terdiri atas tiga pola kalilmat.
Misalnya: ketika ia duduk minum-minum, dating seorang pemuda berpakaian bagus, dan mengguakan kendaraan soda empat.
                  Ketika iaduduk minum-minum
                              Pola atasan
                    Dating seorang pemuda berpakaian bagus
                              Pola bawahan I
                   Dating menggunakan kendaraan roda empat.
                              Pola bawahan II
3.      Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.       Kalimat Inti
kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1)      hanya terdiri atas dua kata
2)      kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3)      tata urutannya adalah subjek mendahului predikat.
4)      Intonasinya adalah intonasi “berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya.
b.      Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c.       Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat diatas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat inti, luas, dan transformasi.
a)      Kalimat inti. Contoh: Adik mengangis.
b)      Kalimat luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c)      Kalimat transformasi. Contoh:
v  Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
v  Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan computer.
v  Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menagis adik.
v  Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
E.     Konjugasi
Kojugasi antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraph.
Konjugasi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antar kalimat, antar klausa,antar kata, dan antar paragraph.
  1. Konjugasi antar klausa
a.       Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
b.      Yang tidak sederajat: ketika, nahwa, karena, meskipun. Jika, apabila.
  1. Konjugasi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
  2. Konjugasi antar paragraph: selain itu, adapun, namun.


DAFTAR PUSTAKA


Alsjahbana, S. Takdir. 1960. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakyat.
Arifin, Zaenal E. 2006. Urat Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Preinda.
Chaer, Abdul. 2003. Seputar Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
http://enfonesia.wordpress.com/bahasa-indonesia/frase-klausa-dan kalimat/
Kencono, Desi Retno. 1992. Apresiasi Bahasa Indonesia. Surabaya: Kendang Sari.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi Pengantar Kemahiran Bahasa. Lnde, Flores: Nusa Indah




 

KATA PENGANTAR


Dengan memanjatkan puji dansyukur kehadirat Ruhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah Bahasa Indonesia, mungkin masih ada kesalahan dan kekurangannya. Tugas pembuatan makalah ini dibuat sebagai tugas mandiri pendidikan bahasa Indonesia.
Kritik dan saran dari semua pihaj terutama pada rekan-rekan yang membaca yang sifatnya membangun kami terima dengan senang hati dan ak lupa kami ucapkan terima kasih kepada samua pihak yang membuat penulisan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Metro,  Desember 2009


Penulis


ii
 

DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I TENIK MEMBACA CEPAT................................................................ 1
A.    Hambatan Membaca Cepat.................................................................. 1
B.     Model Membaca Cepat........................................................................ 1
C.     Teknik Membaca Cepat....................................................................... 2
D.    Langkah Membaca Cepat.................................................................... 2
E.     Latihan Membaca Cepat...................................................................... 3
BAB II FRASAE, KLAUSA, DAN KALIMAT.............................................. 4
A.    Frase..................................................................................................... 4
B.     Klausa.................................................................................................. 6
C.     Kalimat................................................................................................ 7
D.    Jenis Kalimat........................................................................................ 8
E.     Konjugasi............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA


iii
 
 

Posting Komentar

0 Komentar