skrepsi “TINJAUAN DASAR SALEP”

TINJAUAN DASAR SALEP

  1. 1.   Vaselin (vaselinum album)
Campurlah hidrokarbon yang diperoleh dari minyak tanah gubal. Benda putih, hampir – hampir tak berbau, setengah hening, seperti salap. Pada pemanasan dalam sebuah penangas air sampai 40° Paseline belum boleh dan pada pemanasan dalam sebuah penangas air smpai 50° Paseline harus sudah meleleh menjadi zat cair yang berfluoresensi hening.
Kalau sebuah tabung diisi dengan paseline begitu rapat, hingga didalam paselinnya tejadi sebuah geronggang yang seperti kepundan dan selama 24 jam dipanasi pada 25°, maka paselinnya tidak boleh meleleh sebagaian, yang dapat dilihat dengan terjadinya zat cair  dalam bagian yang terdalam dari geronggang itu. Bila dalam lapisan tipisdilihat dibawah mikroskop, maka paselin tidak boleh menunjukkan bagian – bagian hablur halus.
Kalau Vaseline dipanasi dengan spiritus dalam jumlah yang sama hingga mendidih dan bila dikocok. Maka zat cainya yang mengandung spiritus setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya sama, harus bereaksi netral. Kalau Vaseline dipanasi dengan jumlah yang sama dari sebuah campuran dari 1 bagian air dan 4 bagian asam sulfat dalam sebuah penangas air selama 10 menit pada 60° dengan berulang – ulang dikocok, maka kedua lapisannya tidak boleh berwarna. Vaseline yang dipergunakan untuk obat dalam, harus juga seluruhnya tak berbau dan juga tak berasa. (PH.V.501)
  1. 2.   Parafin Cair (Paraffinum Liquidum)
Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak berwarna, hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 – 0,88 (selisih 0,0006 untuk 1°). Titik didih tidak dibawah 300° (selisih 0,7° untuk tekanan 10 mm). kekentalan 10 -12° Engler.
Paraffinum liquidum apabila didinginkan sampai 5° harus tetap jernih, bila paraffinum liquidum dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga mendidih dan dikocok, maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya sama, maka reaksinya adalah netral. Kalau paraffinum liquidum dipanaskan pada suhu 60° dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1 bagian asam sulfat dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang – ulang, maka kedua lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna. Paraffinum liquidum tidak dapat larut dalam air dan dalam segala perbandingan dapat dicampur dengan aether, dengan petroleumaether, dan dengan minyak lemak, tetapi tidak dengan minyak jarak. Paraffinum liquidum yang dipergunakan untuk obat dalam harus tidak mempunyai rasa.(PH.V.336)
  1. 3.   Parafin Padat (Paraffinum Soeidum)
Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon padat, dari minyak tanah gubal yang diperoleh dengan penyulingan. Potongan hablur mikro halus, putih tak berbau. Bila dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 54° Paraffinum Solidum belum boleh meleleh, tetapi bila dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 60° maka Paraffinum Solidum harus meleleh menjadi zat cair jernih yang tidak berflouresensi. Paraffinum Solidum selanjutnya harus memenuhi syarat – syarat kemurnian seperti yang telah ditentukan bagi Paraffinum Liquidum.(PH.V.337)
  1. 4.   Adeps Lanae (lemak bulu domba)
Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps Lanae berwarna kuning muda, setengah bening, dengan consistentia yang menyerupai salep yang Hat, dan mempunyai bau yang agak dikenal.
Kalau larutan adeps lanae dalam kloroform (kira – kira 1 = 100) dikocok dengan asam sulfat yang volumenya sama, maka setelah tidak tercampur, lapisan yang paling bawah menjadi coklat merah dan menunjukkan fluoresensi yang hijau.
Adeps lanae pada 40° belum mencair, tetapi pada 50° mencair juga dan hening. Larutan 2 g. Adeps Lanae dalam 10cm³ aether, tidak boleh menjadi merah, karena 2 tetes phenolphthalenie, setelah kemudian di tambah 0,3cm³ 1/10 N basa, maka campuran tersebut harus menjadi merah (asam lemak bebas).
Kalau 10g adeps lanae dengan 50cm³, yang di panasi sampai meleleh dan selalu di aduk, maka setelah di dinginkan, air yang terpisah harus menjadi sangat jernih dan bereaksi netral. Kalau pada 10cm³ air yang telah terpisah di tambahkan 3 tetes kalium permanganat (1=1000), maka campuran tersebut setelah 10 menit harus tetap tinggal merah.(PH.V.67)
  1. 5.   Salep Polietilen Glikol
Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400g polietilen glikol 3350 (padat) dan 600g polietilen glikol 400 (cair) untuk membuat 1000g dasar salep. Akan tetapi bila di perlukan salep yang lebih baik lagi, formula dapat di ubah lagi untuk memungkinkan bagian yang sama antara ke dua bahan. Jika 6-25% dari larutan berair di campurkan ke dalam dasar salep, penggantian 50g polietilen glikol 3350 dengan jumlah alcohol stearat berguna untuk membuat produk akhir lebih padat dalam jumlah yang sama. Polietilen glikol adalah polimer dari etilenoksida dan air. Panjang dapat berbeda – beda untuk mendapatkan polimer yang mempunyai viskositas bentuk fisik (cair, padat atau setengah padat) yang diinginkan. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.505)

  1. 6.   Minyak – minyak tumbuhan
  • Minyak Atsiri (Olea Volatilia)
Minyak Atsiri, bila perlu setelah pemanasan harus jernih, harus sangat berbau murni seperti bagian dari tumbuh – tumbuhan, dan dalam tiap – tiap perbandingan dapat larut dalam ether dan dalam kloroform. Bau minyak atsiri sebaiknya diperiksa dalam campuran 1 tetes minyak dengan 2g gula.
1 tetes minyak atsiri aoabila dimasukkan dalam air tidak boleh menjadi keruh, pada pemanasan dal sebuah penangas air minyak atsiri tidak boleh member sulingan, kalau minyak atsiri dikocok dengan larutan natrium chloride yang jenuh yang volumenya sama dan selanjutnya didiamkan maka setelah pemisahan yang sempurna dari lapisannya. Kalau 1 tetes minyak atsiri yang di buat dengan penyulingan diletakkan pada kertas, harus segera menguap dan tidak meninggalkan noda yang hening (minyak lemak). Minyak – minyak atsiri harus disimpan dalm botol kering, dtutup rapat, ditempat yang sejuk, diluar pengaruh cahaya.
  • Minyak Kacang(Oleum Arachidis)
Minyak lemak yang dimurnikan yang diperoleh dengan memeras biji dari Arachidis hypogaea Linn, yang telah dihilangkan kulit bijinya. Minyak yang rasanya halus, kuning muda, hampir – hampir tak berbau. Berat jenis 0,915 – 0,922. Indeks bias 1,4694 – 1, 4725.
Oleum Arachidis menjadi benda yang seperti salep pada sebuah suhu tidak lebih rendah dari -3°. Pada percobaan pada oleum Arachidis, asam – asam lemaknya mulai menghablur, setelah sebelumnya dipanasi sampai campurannya menjadi jernih, pada suhu dari kira-kira 40°. Bilangan adisinya tidak boleh lebih rendah dari 83 dan tidal lebih tinggi dari 103. Bilangan penyabunannya berjumlah 185-197. Bilangan asamnya dari oleum Arachidis boleh berjumlah setinggi-tingginya 2.
  • Minyak Kelapa (Oleum Cocos)
Lemak yang padat pada suhu biasa yang diperoleh dengan pemerasan panas dari inti copra yang dikeringkan dari cocosnuciferra Linn. Lemak yang sedikit bening, putih, bau yang mudah dikenal, rasanya lemah, yang mudah tengik. Oleum cocos pada 5°-10° menjadi padat, 15°-20° lunak. 1 kg oleum cocos suhunya harus 35° dapat larut dalam 5 cm alcohol mutlak
  1. 7.      Vanishing cream
Umumnya emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam presentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian cream, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis.
Banyak dokter dan pasien yang suka pada cream dari pada salep, untuk satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal cream dari emulsi jenis minyak dalam air lebih mudah di bersihkan dari pada kebanyakan salep pabrik farmasi sering memasarkan preparat topikalnya dalam bentuk dasar cream maupun salep, kedua-duanya untuk memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien.
  1. 8.      Malam
  • CERA ALBA/WIT WAS/ ( Malam Putih)
Malam lebah yang diputihkan. Bahan-bahan yang hamper-hampir putih dalam lingkungan dingin rapuh, ada suhu panas badan dapat diuli, dengan bau lemah, lebih-lebih pada pemanasan mempunyai bau yang jelas dan mudah dikenal. Malam putih harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan pada malam kuning.
  • CERAFLAVA/CEELWAS (Malam Kuning)
Malam yang di peroleh dengan jalan pelelehan dari rumah lebah Apis Mellilica, Linn. Malam kuning dalam lingkungan dingin menjadi berbutir-butir, pada suhu panas badan menjadi dapat diuli, dengan potongan yang kusam dan bau yang mudah di kenal. Titik cair 62°-64°. Pada pemanasan diatas penangas air maka malam kuning harus meleleh menjadi sebuah zat cair yang jernih.
Kalau 40 cm3 spiritus dengan 2 g malam kuning didihkan beberapa menit setelah 1 jam didinginkan lalu disaring, maka filtratnya hanya boleh berwarna sedikit dan setelah penambahan air tidaj boleh menjadi sangat keruh; 10 cm3 dari filtratnya dicampur dengan 2 tetes phenolphtaleine, untuk pewarnaan merah tidak boleh memerlukan lebih dari 1 cm3 1/10 N basa (asam lemak).
Kalau 3 g malam kuning dengan 20 cm3 larutan kali yang mengandung spiritus  dididihkan selama 5 menit ditambahkan 10 cm3 asam garam encer dan disaring, filtratnya dicampur dengan 5 cm3 indi natron dan 1 cm3 tembaga sulfat dan disaring lagi, maka filtratnya tidak boleh menjadi menjadi hijau atau biru (giserida).
  1. 9.      UNGUENTUM GLYCERINI .     (Glycerine-zalf) (C.M.N)
Campurlah:
  1. 10 bagian Amylum  solani…………….10
  2. Lima bagian Aqua……………………….5
  3. Dan 90 bagian Glycerinum……………90
Sambil diaduk dengan hati-hati, panaskan sampai menguap airnya dan didapat massa yang tembus dengan :
  1. Sejumlah yang cukup………………… q.s
  2. Dari sebuah campuran dari :
Lima bagian Glycerinum.………………5
Dan Sembilan puluh lima bagian Aqua…………….95
  1. Sampai menjadi seratus bagian…….100
  2. Salep putih

E
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko penyebab kematian di usia muda. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda (Anonymous, 2004). Banyak penelitian epidemiologi, laboratorium dan klinis memperlihatkan hubungan antara tingginya kolesterol total dan LDL kolesterol (hiperkolesterolemia) dengan terjadinya penyakit kardiovaskuler. (Hartanto, 2008).
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid (Anonymous, 2005).
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol (waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit. Pola makan sehat merupakan faktor utama untuk mengghindari hal ini. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 98-122 mg/dl (Anonymous, 2010a).
Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80%
diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL (kolesterol baik) dan kolesterol LDL (kolesterol jahat), selain itu ada juga Trigliserida (Siswono, 2001).
Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar kolesterol dalam darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah lemak, selain itu juga dibantu dengan pemberian obat antihiperlipidemik. Mahalnya harga obat dan efek samping yang tidak ringan membuat masyarakat enggan untuk menggunakannya. Maka dipilih cara yang lebih murah yaitu pengobatan alternatif dengan obat herbal melalui pemanfaatan bahan alam yang sebenarnya sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang.
Salah satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan adalah pacar air. Pacar air (Impatient balsamina L.) lebih dikenal sebagai tanaman hias yang mempunyai beragam warna bunga, dari yang kuning, putih, merah, merah jambu, maupun kombinasi-kombinasi warna. Semua bagian dari tanaman pacar air, dari mulai akar, batang, daun, bunga, dan biji, dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit (Anonymous, 2009).
Pacar air menyimpan beragam khasiat, bunga yang mengandung anthocyanin, cyanidin, dan malvidum dapat meluruhkan haid, hipertensi, bisul, rematik, sendi, gigitan ular berbisa, serta radang kulit. Biji pacar air dapat mempermudah persalinan dan mengobati kanker saluran pencernaan bagian atas. Daunnya adalah obat untuk keputihan, nyeri haid, radang usus buntu kronis, antiradang dan patah tulang. Sedangkan akarnya berfungsi sebagai obat antiinflamasi (antiradang), rematik, leher kaku, dan sakit pinggang (Susanto, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. Flavonoid merupakan zat yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol darah karena flavonoid bekerja meningkatkan kolesterol HDL.
Untuk menguji khasiat daun pacar air sebagai penurun kadar kolesterol darah maka perlu dilakukan penelitian laboratoris yang bertujuan untuk mengetahui apakah daun pacar air dapat menurunkan kadar kolesterol.
Berdasarkan kandungan flafonoid yang terdapat dalam daun pacar air maka dalam penelitian ini
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas diperoleh suatu permasalahan yaitu dapatkah ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.) menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.)  dalam menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.
1.4 Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi mengenai khasiat ekstrak daun pacar air sebagai bahan alam yang berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Studi Pustaka
2.1.1 Kolesterol Darah
a)      Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh (Siswono, 2001). Kolesterol merupakan senyawa yang termasuk turunan steroid, yaitu senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis (Sudarmo, 2004).
Kadar kolesterol darah adalah kadar kolesterol yang terlarut dalam plasma darah. Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma yang bisa berupa kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesterol. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit yang larut dalam air, dan membentuk ester dengan asam lemak. Kolesterol merupakan produk metabolisme hewan sehingga terdapat banyak pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak (Nurwahyunani, 2006).
b)      Jenis Kolesterol
Kolesterol LDL, adalah kolesterol jahat, yang bila jumlahnya
berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah
membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Kolesterol HDL, adalah kolesterol baik, yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan suatu tanda yang baik sepanjang kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl. Triglisierda adalah lemak yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan, bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. (Siswono, 2001).
c)      Penyebab Peningkatan Kadar Kolesterol Darah
Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Diantaranya faktor genetic. Sekitar 80 % dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada sebagian orang meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak. Makanan juga mempengaruhi kadar kolesterol darah. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting, bila tidak makan lemak yang cukup maka tenaga akan berkurang, tetapi bila makan lemak berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Lemak dalam makanan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : lemak jenuh, seperti daging dan minyak kelapa, serta lemak tak jenuh, seperti asam lemak omega 3, asam lemak omega 6 dan asam lemak omega 9 (Siswono, 2001).
Selain itu berat badan juga berpengaruh. Orang yang obesitas memiliki kandungan trigliserida (berperan menyimpan lemak, membentuk LDL serta penggumpalan darah) dan HDL yang cenderung rendah. Kurangnya olahraga dapat menjadi penyebab kolesterol tinggi akibat terhambatnya aliran darah. Selain itu karena bertambahnya usia, kadar kolesterol pun semakin tinggi akibat menurunnya daya kerja organ tubuh.
Jenis kelamin juga merupakan faktor penyebab kolesterol tinggi. Sebelum menopause, wanita cenderung memiliki kolesterol rendah dibanding laki-laki. Tetapi setelah menopause, produksi kolesterol LDL pada wanita cenderung meningkat. Selain faktor-faktor di atas, penyebab kolesterol tinggi lainnya dari stress. Stress memicu seseorang untuk mengkonsumsi makanan tanpa kontrol dan juga mengubah gaya hidup sehat yang sudah dilakukannya (Anonymous, 2010b).
d)     Pencegahan Peningkatan Kadar Kolesterol Darah
Mengkonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari : 60 % kalori dari karbohidrat, 15 % kalori dari protein, 25 % kalori dari lemak, dan kalori dari lemak jenuh tidak boleh lebih dari 10 %. Kelebihan kalori dapat diakibatkan dari asupan yang berlebih (makan banyak) atau penggunaan energi yang sedikit (kurang aktivitas). Kelebihan kalori terutama yang berasal dari karbohidrat dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida.
Menurunkan asupan lemak jenuh. Lemak jenuh terutama berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung dan minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL kolesterol.
Menjaga agar asupan lemak jenuh tetap baik secara kuantitas maupun kualitas. Minyak tak jenuh terutama didapatkan pada ikan laut serta minyak sayur dan minyak zaitun yang tidak dipanaskan dengan pemanasan tinggi atau tidak dipanaskan secara berulang-ulang. Asupan lemak tidak jenuh ini akan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL, dan mencegah terbentuknya endapan pada pembuluh darah.
Menurunkan asupan kolesterol. Kolesterol terutama banyak ditemukan pada lemak dari hewan, jeroan, kuning telur, serta “seafood” (kecuali ikan). Mengkonsumsi lebih banyak serat dalam menu makanan sehari-hari. Serat yang dianjurkan adalah sebesar 25 – 40 gr/hari, setara dengan 6 buah apel merah dengan kulit atau 6 mangkuk sayuran. Serat berfungsi untuk mengikat lemak yang berasal dari makanan dalam proses pencernaan, sehingga mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol.
Merubah cara memasak. Sebaiknya memasak makanan bukan dengan menggoreng tetapi dengan merebus,   mengukus atau membakar tanpa minyak atau mentega. Minyak goreng dari asam lemak tidak jenuh sebaiknya bukan digunakan untuk menggoreng tetapi digunakan untuk minyak salad, sehingga mempunyai efek positif terhadap peningkatan kadar HDL kolesterol maupun pencegahan terjadinya endapan pada pembuluh darah.
Melakukan aktifitas fisik dengan teratur. Dianjurkan untuk melakukan olah raga yang bersifat aerobik (jalan cepat, lari-lari kecil, sepeda, renang dll.) secara teratur 3 – 5 kali setiap minggu, selama 30–60 menit/hari. Olah raga yang teratur akan membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL.
2.1.2 Tanaman Pacar Air (Impatient balsamina L.)
a)         Klasifikasi Tanaman Pacar Air
Regnum    : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta
Kelas        : Magnoliopsida
Ordo         : Ericales
Famili       : Balsaminaceae
Genus       : Impatiens
Spesies     : Impatiens balsamina L.
b)        Morfologi Tanaman Pacar Air
Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang, warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya monopodial.
Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini memiliki akar serabut.
Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti. Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic. Embrio akan mengalami diferensiasi.
Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah, ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas. Memiliki 5 kepala putik.
c)        Habitat Tanaman Pacar Air
Habitatnya pada daerah beriklim tropical, namun tidak dapat hidup pada daerah yang kering. Tanaman ini sangat peka terhadap hama, biasanya tumbuh di pekarangan rumah pada ketinggian 1-900 m.
d)       Kandungan Kimiawi Tanaman Pacar Air
Pacar air mengandung zat-zat kimia aktif seperti pada bunga yang mengandung anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Sementara biji mengandung saponin dan kandungan minyak seperti γ-spinasterol, β-ergosterol, balsaminasterol, parianaric acid, quercetin, nephthaquinon, minyak terbang, dan turunan kaempherol, dan ada juga kandungan racunnya, dan oleh karena itu harus diperhatikan kontra indikasi pemakaian (Anonymous, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid.
e)        Manfaat Tanaman Pacar Air
Pacar air berkasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan oleh tumbuhan pacar air adalah: tumor usus, kanker saluran pencernaan, usus buntu, menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, rematik, pembengkakan, sakit pinggang, kaku pinggang, leher kaku, tarsuga (terkena duri ikan ditenggorokan), sigurdongon (peradangan dipinggir kuku), merangsang pertumbuhan rambut, pewarnaan kuku seperti kuteks, dan lain-lain.
2.1.3 Pacar Air Sebagai Obat Herbal Penurun Kadar Kolesterol Darah
a)         Pengertian Obat Herbal
Istilah Herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia pengobatan, istilah herbal memiliki makna yang lebih luas, yaitu segala jenis tumbuhan dan seluruh bagian-bagiannya yang yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat dipakai sebagai obat (therapeutic).
b)        Cara Pengolahan Tumbuhan Herbal
Teknik pengolahan tanaman obat terdiri dari sortasi, pencucian, penjemuran, pengirisan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk (Anonymous, 2008).
  • Penyortiran
Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, terutama untuk komoditas temu-temuan, seperti kunyit.  Rimpang yang baik dengan yang busuk harus segera dipisahkan juga  tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus segera dibersihkan. Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil daunnya maupun herba.
  • Pencucian
Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM.  Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus.  Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan menurun.  Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu dengan sikat.  Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama.
  • Penirisan dan Pengeringan
Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak pengering.  Hal ini dilakukan sampai bahan tidak meneteskan air lagi.Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang dilakukan selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja.  Setelah kering rimpang disortir kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan atau mungkin dapat diolah lebih lanjut.
  • Penyimpanan
Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala plastik, kertas maupun karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak beracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman yang digunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik, tidak bocor, suhu gudang maksimal 30°C, kelembaban udara serendah mungkin 65% dan gudang bebas dari hewan, serangga maupun tikus dll.
  • Pengolahan
Dalam pengolahan tanaman obat perlu diperhatikan teknik pengolahan yang baik karena menyangkut standar mutu.  Hal ini ada hubungannya dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.
Tanaman obat dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan, sirup, permen dll, sehingga dapat menambah nilai ekonomi tanaman obat sekaligus menambah pendapatan petani. Disamping itu  produk yang telah diolah tahan lebih lama disimpan dari pada bentuk  segar.  Panen dengan hasil yang berlebihan (panen raya) harga akan turun sehingga perlu diolah lebih lanjut.
c)         Pacar Air untuk Obat Herba Penurun Kolesterol Darah
Menurut Adfa (2007), daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya, dikatakan juga bahwa flavonoid dapat bertindak menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah mengental yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Nurwahyunani, 2006).
Flavonoid merupakan molekul polifenolik yang larut dalam air dan mengandung atom karbon 15. Flavonoid adalah golongan polifenol. Flavonoid terdiri dari 6 kelompok utama: chalcone, flavon, flavonol, flavanon, anthocyanin dan isoflavonoids. Bersama dengan karoten, flavanoids memberikan warna buah-buahan, sayuran dan herbal (Anonymous, 2010c).
Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar kolesterol:
Flavonoid → antioksidan dan menangkapradikal bebas → melepas H
Berikatan dengan 1RB
Radikal peroksi distabilkan
Energi aktivasi
Menghalangi oksidasi LDL
Menurunkan kolesterol
2.2 Kerangka Konsep
Tikus dengan kolesterol normal
Pakan + minyak babi   →        Kenaikan kadar kolesterol
(Hiperkolesterolemi)
Menyebabkan aterosklerosis
Komplikasi yang fatal
Perlu diatasi dengan pengobatan
Obat modern                           Obat tradisional
Daun pacar air → Flavonoid
Antioksidan & menagkap radikal bebas
Melepas H
Berikatan dengan 1RB
Radikal peroksi distabilkan
Energi aktivasi
Menghalangi oksidasi LDL
Menurunkan kolesterol
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka diambil hipotesis bahwa ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.) dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental sesungguhnya. Rancangan penelitian menggunakan eksperimental sederhana (Postest Only Control Group Design).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia UMM , waktu persiapan dan pelaksanaan kira-kira 2 bulan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih betina dewasa yang memilik berat antara 150-175 gr yang diperoleh dari Laboratorium Kimia UMM.
Sampel dalam penelitian ini adalah 6 (empat) ekor tikus putih betina yang diambil dari keseluruhan populasi penelitian melalui teknik Simpel Random Sampling.
3.4 Variabel Penelitian
a)      Variabel Bebas            : Dosis ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.)
b)      Variabel Terikat          : Penurunan kadar kolesterol darah
c)      Variabel Kontrol         : Jenis kelamin tikus, berat tikus, pakan,
3.5 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan RAL dengan postest design. Perlakuan untuk penelitian ini dirancang sebagai berikut:
R

P1

B

A

K

P2

C
\
Keterangan:
R         : Randomisasi
K         : Kontrol
P1        : Perlakuan I
P2        : Perlakuan II
A         : Tanpa Perlakuan
B         : Ekstrak Daun Pacar Air
C         : Ekstrak Daun Pacar Air
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
Alat Penelitian:
  • Timbangan elektrik,
  • Juicer,
  • Spektrofotometer,
  • Oven,
  • Tabung reaksi,
  • Mikropipet,
  • Tabung haematokrit,
  • Sentrifuge,
  • Tabung ependrof,
  • Pipet.
  • Kandang tikus
  •  
Bahan Penelitian:
  • Tikus putih,
  • Ekstrak daun pacar air,
  • Serum darah tikus,
  • Alkohol 96%
  • Pakan(pellet)
  • Minyak babi
  • Aquadest.
3.7 Prosedur Penelitian
a)      Pembuatan Ekstrak Daun Pacar Air
Persiapan pembuatan ekstrak yaitu mengambil daun pacar air secukupnya kemudian dicuci bersih, tiriskan. Dipotong kecil-kecil kemudian diblender dengan juicer merk Philips dicampur dengan alkohol 96 %, kemudian dimaserasi 24 jam. Setelah itu campuran tersebut disaring beberapa kali sampai didapat larutan yang jernih (kehijauan), kemudian didestilasi. Dari proses destilasi kemudian diuapkan sehingga terbentuk serbuk daun pacar air yang diperlukan. Kadar tiap ml filtrat yang ada dihitung dengan cara membandingkan bobot dengan volume ekstrak yang diperoleh sehingga diperoleh kadar dengan satuan mg/ gr bb.
b)      Penyiapan Tikus Hiperkolesterolemi
Tikus putih yang akan digunakan dalam penelitian ini ditimbang berat badannya untuk menentukan besarnya dosis yang akan digunakan kemudian diberikan pakan yang sudah ditambah bahan yang dapat memicu peningkatan kadar kolesterol darah. Setelah 7 hari diperiksa kadar kolesterol darahnya. Tikus yang kadar kolesterol darahnya mencapai 98 mg/dl atau lebih dinyatakan sudah menderita hiperkolesterolemi.
c)      Penentuan Dosis Ekstrak Daun Pacar Air
d)     Pemberian Perlakuan
Empat ekor tikus hiperkolesterolemi dipisahkan menjadi 2 kelompok , dan tiap kelompok terdiri dari 2 ekor tikus ( 2 ulangan ). Masing-masing kelompok kemudian mendapat perlakuan sebagai berikut:
Kelompok I     : kontrol diabetik
Kelompok II   : ekstrak daun pacar air
Kelompok III  : ekstrak daun pacar air
Perlakuan diberikan selama …………………….
e)      Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah
Pengukuran kadar kolesterol darah dilakukan dengan “ CHOD-PAP “(Cholesterol Oxidase Para Aminophenazone) yang direkomendasikan oleh Europen Atherosklerosis Society. Melalui enzymatice photometric test, yang diawali dengan mengambil darah tikus dari sinus orbitalis kemudian disentrifuge selama kurang lebih 15 menit. Setelah mendapatkan serum darah selanjutnya diambil kira- kira 10 mikro dimasukkan dalam tabung ependrof dan ditambah 10 mikro larutan standart, kemudian disiapkan pula larutan blangko berupa aquadest 10 mikro. Ke dalam masing- masing tabung sampel dan blangko dimasukkan 1000 ml reagent, lalu dicampur. Langkah selanjutnya diinkubasi selama 20-25 menit pada suhu 37 derajat celcius selama ± 10 menit, kemudian diukur absorbansinya pada spektofotometer. Setelah diketahui absorbansinya kadar kolesterol serum darah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kolesterol (mg/ dl) = Δ A sample x konsentrasi standart/ cal (mg/ dl)
Δ A std/cal
(Lab. Kimia UMM, 2008)
3.6 Analisis Data
Data yang didapat akan dianalisis menggunakan uji-t lain subyek.
DAFTAR PUSTAKA
Adfa, M. 2007. “Senyawa Antibakteri Dari Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina Linn.)”. Jurnal Gradien Vol.4 No.1 Januari 2008 : 318-322
Anonymous. 2004. “Cara Cerdas Menyikapi Kolesterol”. (online)  http://medicastore.com diakses 10 April 2010
Anonymous. 2005. “Kolesterol”. (online) http://id.inaheart.or.id diakses 10 April 2010
Anonymous. 2008. “Teknologi Pengolahan Tanaman Obat”. (online)  http://balittro.litbang.deptan.go.id diakses 10 April 2010
Anonymous. 2009. “Attirangga si Pacar Air”. (online) http://batakone.wordpress.com diakses 07 April 2010
Anonymous. 2010a. “Kolesterol”. (online)  http://id.wikipedia.org diakses 10 april 2010
Anonymous. 2010b. “Penyebab Kolesterol Tinggi”. (online) http://Dunia-Ibu.org diakses 10 April 2010
Anonymous. 2010c. “Flavonoid”. (online) http://en.wikipedia.org diakses 11 April 2010
Hartanto, Harun. 2008. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemik”. (Online)  http://www.indoskripsi.com diakses 10 April 2010
Lab. Kimia UMM. 2008. Buku Penuntun Praktikum Biokomia. Malang: Laboratorium Kimia UMM
Nurwahyunani, A. 2006. “Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Darah Tikus Diabetik Akibat Induksi Streptozotocin”. Semarang: Skipsi UNESA
Siswono.2001. “Bahaya Dari Kolesterol Tinggi”.(online) t diakses 10 April 2010
Susanto, I. 2009. “Pacar Air diakses 07 April 2010


RINGKASAN USUL PENELITIAN
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang Pule ( Alstonia scholaris) Terhadap Kadar Hipertensi Tikus Putih
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kenyataan:
  • Pule (Alstonia sp) merupakan tumbuhan asli Indonesia dan penyebarannya cukup luas di Indonesia. Pulai tumbuh mulai dari ketinggian 10 – 1250 m dpl dengan variasi tapak yang beragam baik pada areal rawa, gambut, pasang surut maupun daerah kering (Martawidjaja, 1981)
  • Kulit batang pule (Alstonia scholaris R.Br.) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Dari studi pustaka, kulit batang pule berkhasiat sebagai penurun demam, meningkatkan selera makan, mengobati radang ginjal, obat kencing manis, obat malaria, obat tekanan darah tinggi dan obat cacing (Wijayakusuma, 2001)
  • Tumbuhan pule kaya dengan kandungan kimia, yang sudah diketahui antara lain: Kulit batang: saponin, flavonoida dan polifenol. Alkaloid : ditamine (C18H19NO3), ditaine (echititamine), echi-kaoetchine. Zat pahit : echeretine, echicherine (Reni, 1998).
  • Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa tanaman ini memiliki sifat; pahit, anti piretik, anti malaria, anti demam,anti hipertensi/ anti andenergik, melancarkan saluran darah (Zainal, 2005).
  • Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.
  • Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa.
Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2030
Harapan:
  • Tanaman Pule dapat digunakan dalam mengobati atau menurunkan kadar glulkosa pada penderita Diabetes Melitus.
  • Tanaman pule dapat digunakan sebagai salah satu alternative dalam pengobatan Diabetes Melitus.
Masalah:
  • Bagaimanakah ekstrak kulit batang pule dapat menurunkan kadar glukosa pada percobaan menggunakan hewan tikus?
1.2 Rumusan Masalah
  • Apakah dengan menggunakan ekstrak kulit batang tanaman pule dapat menurunkan kadar glukosa pada hewan percobaan tikus?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan ekstrak kulit batang pule dapat menurunkan kadar glukosa pada hewan percobaan tikus.
1.4 Manfaat Penelitian
a) Bagi Masyarakat
  • Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai tanaman pule yang dapat digunakan dalam mengobati Diabetes Melitus
  • Dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama penderita Diabetes Melitus untuk mengobati penyakitnya.
c) Bagi Peneliti
Dapat mempelajari lebih dalam mengenai tanaman pule untuk pengobatan Diabetes Melitus sehingga lebih memperkaya pengetahuan peneliti terhadap berbagai macam penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan kepada masyarakat.
1.5 Batasan Penelitian
a) Tanaman yang digunakan pada penelitian ini analah pule (Alstonia scholaris) terutama pada bagian kulit batang.
b) Penyakit yang diteliti pada percobaan kali ini adalah hipertensi.
1.6 Definisi Istilah
a) Ekstrak adalah sediaan sari pekat tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan (Zainal, 2007).
b) Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Agus, 2005).
II. STUDI PUSTAKA
2.1  Tanaman Pule
  • Klasifikasi
  • Morfologi
  • Penyebaran dan habitat
  • Kegunaan
2.2  Diabetes Melitus
  • Pengertian
  • Penyebab
  • Patofisiologi
  • Tanda dan gejala
2.3  Flavonoid
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian: Penelitian eksperimen
Rancangan penelitian: Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan disain penelitian Post test Randomized Control Design.
3.2 Populasi dan Teknik Sampling
  • Populasi: Tikus Putih yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.
  • Teknik sampling: Cluster Random Sampling
  • Sample: 4 buah tikus putih
3.3 Jenis dan Definisi Operasional Variabel
  • Jenis Variabel
Variabel bebas: Konsentrasi ekstrak pule, dosis ekstrak 490 mg/kg bb
Variabel tergantung: Kadar glukosa darah pada tikus yang menderita diabetes
Variabel kontrol: Umur, jenis pakan, ukuran kandang.
  • Definisi Operasional Variabel
Konsentrasi ekstrak pule: Adalah jumlah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari tanaman pule menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Kadar Glukosa darah pada tikus: adalah banyaknya glukosa yang terkandung dalam 1L atau 1 dL darah tikus wistar yang diperiksa secara kuantitatif.
Umur: umur adalah perhitungan yang dimulai dari awal dilahirkanya tikus hingga pada saat akan dilakukan percobaan, pada percoban ini umur tikus dibuat seragam dengan umur ± 3 bulan.
Jenis pakan: jenis pakan adalah jenis makanan yang akan diberikan pada tikus selama masa percobaan.
Ukuran kandang: ukuran kandang adalah jumlah panjang dan lebar tempat yang akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan tikus.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
A. Persiapan Penelitian
1. Penentuan Dosis ekstrak 490 mg/kg bb adalah dosis pada mencit yang memberikan efek farmakologi (Kumolosasi, 1999).
2. Memilih hewan uji (tikus putih jantan) sejumlah 20 ekor, umur 2 bulan, berat badan awal 183 – 262 gram.
3. Menyiapkan kandang tikus putih lengkap dengan tempat pakan dan minum.
4. Membuat ekstrak kulit batang pule
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Mengelompokkan tikus putih percobaan yang berjumlah 4 ekor secara random dengan undian menjadi 3 kelompok, yaitu satu kelompok kontrol dan 2 kelompok perlakuan.
2. Tiap tikus dinaikkan kadar kolesterol darahnya dengan cara sinduksi dengan Aloxan.
3. Setelah 1 minggu, kolesterol masing-masing kelompok tikus diukur untuk mengetahui bahwa tikus telah mengalami hiperkolesterolemi (kadar kolesterol > 54 mg/dl), kemudian diukur kadar kolesterol HDL dan LDLnya.
4. Tikus Hiperkolesterolemi diperlakukan sebagai berikut :
Kelompok I : Sebagai kontrol negatif tanpa diberi ekstrak Lidah Buaya.
Kelompok II : Diberi ekstrak kulit batang Pule dengan dosis 0,5 ml/200grBB/hari.
Kelompok III : Diberi ekstrak kulit batang Pule dengan dosis 1 ml/200grBB/hari
Pemberian ekstrak kulit batang Pule dilakukan per oral, dengan cara gavage selama 14 hari (2 minggu). Pada hari ke-15 tikus ditimbang dan darahnya diambil dengan mikrohematokrit melalui plexus retro orbitalis sebanyak 2 ml untuk diukur kadar LDL dan HDL-kolesterolnya. Selama perlakuan, tikus diberi pakan pellet biasa dan air minum ad libitum.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur kadar LDLkolesterol dan HDL-kolesterol serum darah tikus putih menggunakan CHODPAP (Cholesterol Oxidase Para Aminophenazone) yang direkomendasikan oleh Europen Atherosklerosis Society. Metode ini menggunakan larutan utama, yaitu larutan sampel berupa serum dan larutan reagen yang terdiri dari larutan blangko dan larutan standar (serum).
Setelah dilakukan pengujian terhadap kadar kolesterol-LDL dan kolesterol-HDL, data-data yang diperoleh disusun dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Setelah Perlakuan.
Perlakuan
Kadar LDL
Kadar HDL
I


II


III


IV


Untuk pengukuran kadar LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol diperiksa di Laboratorium Kimia UMM.
3.5 Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Lidah Buaya dengan berbagai dosis terhadap kadar LDL dan HDL serum darah tikus putih, dilakukan Analisis Varians (ANAVA) satu jalan dengan taraf kepercayaan 5 % (Sudjana, 1988).



Keterangan:
db        : Derajat kebebasan
JK        : Jumlah kuadrat
KT       : Kuadrat tengah
F          : Nilai frekuensi
T(1-1/2a) : Treatment
r           : Replikasi/ulangan

   

Posting Komentar

0 Komentar