Fungsi dan Hikmah Zakat


Posted on 04 September 2011.
Memberi merupakan anjuran agama yang sering terlupakan. Watak dasar seorang manusia, lebih memikirkan apa yang didapat ketimbang mengorbankan apa yang dimiliki. Padahal pepatah mengatakan, tangan di atas lebih balk dari tangan di bawah. Memberi lebih baik dari menerima karena; bekerja keras saat mendapatkannya dan perlu pengorbanan serta nyali besar saat memberikannya pada orang lain tanpa pamrih.
Apabila seseorang tidak memiliki kelebihan harta, bersikap ramah pada orang lain pun merupakan kebaikan. Itu adalah sedekah bajik bagi orang lain. Rasulullah SAW selalu menasehati kita agar tidak meremehkan kebaikan, sekalipun hanya sunggingan senyum.
Kewajiban membayar zakat selalu bergandengan dengan kewajiban shalat. Setelah seseorang mampu mengorbankan waktu dan fisik dalam shalat, berikutnya is dituntut berbakti pada sesama melalui harta yang dimilikinya. Membantu meringankan orang lain dan menolong mereka yang hidup berkekurangan.
Beberapa hikmah disyariatkannya zakat fitrah ialah; Pertama, Zakat fitrah merupakan zakat diri, di mana Allah memberikan umur panjang baginya sehingga is bertahan dengan nikmat-Nya.
Kedua, Zakat fitrah merupakan bentuk pertolongan kepada umat Islam, baik kaya maupun miskin, sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk beribadah kepada Allah, dan bersukacita dengan segala anugerah nikmat-Nya.
Ketiga, hikmah paling agung adalah tanda syukur orang berpuasa kepada Allah atas nikmat ibadah puasa. Keempat, seperti halnya puasa merupakan pembersih dari kesia-siaan dan perkataan buruk, demikian pula zakat fitrah sebagai pembersihan harta kekayaan dari hak-hak fakir miskin.
“Ya Allah terimalah shalat kami, zakat dan puasa kami serta segala bentuk ibadah kami sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” Amin!
Menangkal Sifat Kikir dengan Zakat
Insting manusia itu cenderung tamak dan serakah. Sejak kecil, seseorang seringkali melihat seorang bayi yang sedang disusui, tidak akan membiarkan orang lain menjamah maupun menyentuh air susunya. Ia berusaha menguasainya sendiri. Inilah kehendak polos insting manusia.
Namun saat dewasa kelak, seorang manusia kemudian dituntut untuk senantiasa berbuat baik terhadap sesamanya. Zakat, dari segi ini, menjadi pembinaan efektif bagaimana kita mengekang nafsu serakah dan kekikiran. Melatih dan membiasakan diri untuk berbuat baik terhadap orang lain sedikit demi sedikit, sehingga perbuatan tersebut membentuk menjadi karakter, watak dan kebiasaan sehari-hari.
Sifat kikir, dengan begitu, merupakan bukti keserakahan dan ketamakan. Ia tidak mempercayai akan halnya berderma itu dapat mendatangkan balasan berlimpah. Nabi Saw. bersabda, “Kekikiran dan keimanan itu tidak akan bersatu dalam jiwa seorang hamba.”
Zakat melatih kedermawanan. Dan, kedermawanan yang sesungguhnya ialah kerelaan untuk memberikan sesuatu yang paling bagus yang dimiliki seseorang. Dan hendaknya, is tidak memberi sesuatu yang serba sisa dan telah usang kepada orang lain. Karena sama-sama diketahui, sikap tersebut justru akan semakin menghinakan kedudukan dan status sosial mereka yang mendapat pemberian.
Memberikan sesuatu yang paling bagus yang dimiliki seseorang, berarti sebuah penghargaan orang tersebut yang tetap memuliakan kedudukan mereka. Unsur kedua, is tidak akan memberikan sesuatu setelah menunggu lama mereka memelas meminta-minta pada kita. Ini bentuk penghinaan di lain pihak.
Terlebih memberinya di depan orang banyak. Hal itu akan semakin menguatkan kefakiran dan kemiskinan sang peminta. Prinsip tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan tangan kanan, termasuk sikap tulus dan jauh dari sikap ingin dipuji oleh orang lain (riya). Golongan orang tulus ini, dikategorikan hadits Nabi SAW sebagai salah satu di antara tujuh golongan yang kelak mendapat perlindungan Allah, di saat tidak ada perlindungan lain selain perlindungan-Nya.
Inilah hakikat seorang dermawan sejati. Muhsin, seorang dermawan sejati, yang banyak memiliki kelapangan dan mampu membantu yang lain secara santun tanpa sedikit pun melecehkan dan merendahkan status mereka.

Posting Komentar

0 Komentar